Senin, 07 Juni 2021

SARIPATI : Penilaian Risiko Iklim Pada Sistem Pertanian Ekosistem Lahan Rawa Pasang Surut

Hallo sobat iklim✋

Kali ini kita akan membahas tentang penilaian risiko iklim pada sistem pertanian ekosistem lahan rawa pasang surut😄, Penasaran kan? Yuk dibaca dari awal sampe akhir😊

Ekosistem lahan rawa mempunyai kondisi lingkungan yang unik, yang memungkinkan mengalami respon yang berbeda terhadap pengaruh kejadian iklim, terutama iklim ekstrim dan kejadian yang menimbulkan bencana akibat iklim. Lahan rawa adalah lahan yang menempati posisi peralihan di antara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Karena menempati posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air, atau mempunyai air tanah dangkal.

Kondisi lingkungan yang unik, memungkinkan pola pertanian lahan rawa juga bersifat khas. Biasanya terdapat beberapa permasalahan apabila lahan rawa dibuka untuk pertanian, seperti masalah mengenai penggalian saluran-saluran drainase besar, yaitu saluran primer, sekunder, dan tersier, dengan tujuan untuk mengeringkan wilayah agar tanah rawa yang semula basah atau tergenang menjadi tanah yang relatif lebih kering yang siap digunakan sebagai lahan pertanian. Kondisi lahan rawa yang spesifik, menyebabkan hanya beberapa jenis komoditas dan varietas tertentu saja yang dapat tumbuh dan memberikan hasil baik. Sehingga, diperlukan penilaian risiko iklim di lahan rawa, yaitu menelaah suatu keadaan yang menyebabkan kegagalan atau kerusakan pada pertanian di lahan rawa tersebut. Luas total kerusakan dan kehilangan akibat kejadian iklim ekstrim, terutama banjir dan kekeringan, cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Dampak iklim ekstrim tersebut juga dirasakan oleh penanaman sistem pertanian di lahan rawa terutama rawa pasang surut.

Pola Pertanian Di Lahan Rawa

  • Pola pertanaman petani hanya didasarkan pada keserempakan dalam memulai tanam, tanpa memperhitungkan bagaimana musim yang terjadi. Menurut petani terutama yang mengalami pasang surut di lahan, air cukup tersedia untuk penanaman hingga sebelum panen. Bagi lahan petani yang tidak dimasuki air pasang, musim tanam harus benar-benar diperhitungkan, karena air tidak tersedia di lahan, sehingga pertanaman yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan kekeringan. Berbeda halnya dengan petani yang lahannya selalu digenangi pasang.
  • Apabila memasuki musim kemarau panjang, air menjadi lebih asin sehingga menyebabkan penurunan produksi pertanian karena sanilitasnya tinggi.

Risiko bencana iklim di lahan rawa

  • Banjir : Dapat merusak tanaman karena terendam oleh genangan air
  • Angin Kencang: Dapat menyebabkan pertanaman roboh karena angin, yang menyebabkan rusaknya tanaman dan kehilangan sebagian produksinya
  • Kekeringan : Terjadi penurunan produksi akibat tanaman kurang air (biasanya karena lokasi lahan yang tinggi)

Pengaruh musim terhadap pertanian lahan rawa

  • Musim hujan biasa terjadi pada bulan Oktober, yang sekaligus juga dijadikan waktu untuk memulai bertanam secara serempak. Terkadang awal musim hujan juga terjadi pada bulan September yang digunakan oleh petani sebagai persiapan untuk tabur benih di lahan secara tabur kering. Terkadang awal musim hujan juga mundur hingga bulan November.
  • Puncak musim hujan biasanya terjadi pada bulan Desember yang dapat menyebabkan genangan dan banjir karena dipicu oleh tingginya pasang dan jumlah hujan yang banyak.
  • Posisi lahan akan mempengaruhi lamanya genangan air tertahan

Pengaruh musim kemarau terhadap lahan rawa

  • Kurangnya air pada musim kemarau, sangat dirasakan oleh petani yang lahannya tidak terluapi genangan.
  • Musim kemarau berkelanjutan dapat meningkatkan sanilitas di lahan rawa, sehingga kebanyakan petani enggan menanam pada saat memasuki musim kemarau di lahan rawa.
  • Di lahan rawa pasang surut ternyata memiliki rekaman kekeringan terparah yang hampir sama dengan lahan sawah irigasi biasa.
  • kekeringan yang panjang dapat menyebabkan menurunnya produksi tanaman dan pada sebagian lahan terjadi kebakaran

Pemilihan Pola Tanam pada lahan rawa

  • Kekeringan yang panjang dengan menurunnya produksi padi dan pada sebagian lahan terjadi kebakaran
  • Bervariasinya jangkauan air pasang di lahan pasang surut mengakibatkan adanya perbedaan suplai air ke petakan lahan untuk menunjang keperluan tanaman
  • Pola tanam untuk petani di lahan pasang surut yang pengaturan tata airnya baik dapat ditingkatkan hingga minggu sebelum panen, sehingga disarankan untuk menggunakan padi dengan varietas genjah
  • Pola penanaman yang serempak akan mengurangi serangan hama terutama hama tikus
  • Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pola tanam adalah pintu air dari saluran tersier ke lahan atau juga pintu-pintu pengatur tingginya permukaan air, sehingga ketika pasang tinggi, air masuk ke lahan, dan akan kembali ke saluran ketika surut melalui gorong-gorong
  • Tingginya genangan air pada musim hujan sehingga diperlukan varietas lebih tinggi dari genangan maksimum. Sedangkan pada musim kemarau panjang karena seringnya mengalami intrusi air laut, maka diperlukan varietas yang tahan salinitas.
  • Untuk mengurangi risiko kerugian terutama pada kondisi kemarau panjang, penanaman dapat juga dilakukan hanya dua kali, misal padi-padi.
  • Kemudian pola tanam lainnya yang dapat dikembangkan adalah penanaman 2 jenis komoditas seperti padi-palawija dengan tetap memperhatikan tata air tertentu pada petakan lahan agar terhindar dari genangan air.

Dengan demikian, sesungguhnya di lahan rawa juga harus dilakukan pengelolaan risiko iklim untuk mengurangi kerugian yang mungkin terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan bencana iklim

Nah sekarang apakah Sobat Iklim udah paham mengenai Penilaian Risiko Iklim pada Pertanian Lahan Rawa ?? Kalau belum, teman-teman jangan lupa kunjungi Youtube, Spotify, dan Instagram kami ya dengan meng-klik ikon aplikasinya di atas ya. Semoga ilmunya bermanfaat, dan jangan lupa bagikan dengan teman-temannya ya. See You 👋

Sumber Referensi

Boer R, Subbiah AR. 2005. Agricultural droughts in Indonesia. In V.K. Boken, A.P. Cracknell, and R.L. Heathcote. Monitoring and Predicting Agriculture Drought. Oxford University Press, p:330-344.

Jumberi A, Alihamsyah T. 2006. Usaha Agribisnis di Lahan Rawa Pasang Surut : Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa (Ed : Irsal Las). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Subagyo H. 2006a. Klasifikasi dan Penyebaran Lahan Rawa : Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa (Ed : Irsal Las). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Share: